Jumat, 24 Desember 2010

Dibalik Limbah Peternakan ?

Kebutuhan energi rumah tangga masyarakat Indonesia sangat tergantung pada bahan bakar minyak (BBM). Selain itu, permintaan BBM ditingkat Internasional mengalami peningkatan sehingga menyebabkan harga minyak dunia di pasar Internasional mengalami fluktuatif harga. Pertumbuhan populasi penduduk Indonesia yang semakin meningkat dan berkurangnya sumber cadangan minyak dunia serta permasalahan dari emisi gas buang dari BBM memberikan gambaran bahwa ketergantungan akan BBM tidak selamanya dapat dipenuhi. Harga minyak dunia yang mengalami lonjakan yang signifikan akan memberikan dampak yang besar bagi kehidupan masyarakat di Indonesia. Adanya kenaikan harga BBM semakin menyulitkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Di samping itu, distribusi BBM yang kadang kala mengalami keterlambatan menambah beban yang di alami oleh masyarakat Indonesia.
Ketergantungan akan BBM yang hampir tidak dapat dipisah dari masyarakat Indonesia dan perlu adanya usaha untuk mengurangi ketergantungan tersebut melalui energi alternatif ramah lingkungan dengan pemanfaatan sumber daya lokal yang dimiliki oleh masyarat Indonesia. Hal ini diperkuat dengan adanya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak. Kebijakan tersebut menekankan pada sumber daya lokal yang tersedia di Indoensia dan belum dioptimalisasi pemanfaatannya sebagai energi altenatif pengganti bahan bakar minyak. Salah satu sumber energi alternatif ramah lingkungan yang sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia adalah biogas skala rumah tangga. Biogas terbentuk dari senyawa organik yang salah satunya adalah berasal dari limbah peternakan melalui proses anaerobic digestion. Proses ini merupakan peluang yang sangat terbuka untuk mengurangi dampak penggunaan bahan bakar minyak serta memberikan buangan dari proses anaerobic digestion pada pembuatan biogas sebagai pupuk organik karena mengandung unsur hara yang dapat diaplikasikan pada tanaman.
Limbah peternakan merupakan bahan-bahan organik yang dihasilkan dari peternakan diantaranya yaitu feses, ekskreta, urin, sisa pakan dan bahan-bahan organik lainnya. Limbah peternakan selama ini menjadi kendala dalam pemeliharaan ternak karena belum dimanfaatkan secara maksimal sehingga dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan mencemari lingkungan. Masyarakat Indonesia mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Di samping bertani kebanyakan petani Indonesia mempunyai ternak sebagai usaha pendukung seperti sapi, kambing, domba, unggas dan ternak lainnya. Potensi ternak yang dimiliki petani Indonesia seharusnya dapat menjadi modal dasar untuk dapat menanggulangi ketergantungan energi untuk rumah tangga yaitu dengan mengubahan bahan organik yang berasal dari limbah peternakan menjadi biogas melalui proses anaerobic digestion.
Biogas merupakan sebuah teknologi pemanfaatan bahan-bahan organik yang salah satunya berasal dari limbah peternakan melalui proses anaerobic digestion (tanpa udara) dalam sebuah biodigester atau reaktor sehingga terbentuk gas bio oleh bantuan mikroorganisme terutama mikroorganisema metan. Mikroorganisme yang mampu mendegradasi bahan-bahan organik dalam kondisi anaerobic membentuk metan (CH4) antara lain, yaitu methanococus, methanosarcina dan methanobacterium. Gas bio yang dihasilkan melalui proses anaerobic digestion sebagian besar yaitu metan (CH4) sekitar 60 sampai 70%. Metan merupakan gas yang mudah terbakar sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pengganti bahan bakar minyak untuk rumah tangga yang selama ini masih tergantung pada minyak tanah dan gas elpiji. Gas metan pada dasarnya adalah sama dengan gas elpiji (liquidified petroleum gas) hanya saja perbedaannya yaitu satu atom C yang dimiliki gas metan sedangkan gas elpiji lebih banyak. Nilai kalori biogas sekitar 15.000 KJ/kg lebih banyak dibandingkan minyak tanah sekitar 8.000 KJ/kg, arang sekitar 7.000 KJ/kg dan kayu sekitar 2.400 KJ/kg. Nilai kalori yang lebih banyak dari bahan bakar lainnya menunjukan bahwa lebih banyak panas yang dihasilkan untuk dapat diaplikasikan pada kegiatan memasak dan diharapkan dapat mempercepat proses pemasakan.
Nilai kesetaraan biogas dan energi yang dihasilkan yaitu ketika digunakan sebagai penerangan setiap 1 m3 biogas setara dengan 60 sampai 100 watt lampu bohlam yang dihidupkan selama 6 jam, dapat memasak tiga jenis makanan untuk keluarga (5 sampai 6 orang) dengan 1 m3 biogas, sebagai pengganti bahan bakar setara dengan 0,7 kg minyak tanah untuk 1 m3 biogas, tenaganya setara dengan menjalankan satu motor tenaga kuda selama dua jam untuk 1 m3 biogas, dan apabila digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik dapat menghasilkan 1,25 kwh listrik untuk 1 m3 biogas. Selain itu, hasil output dari pembentukan biogas selain metan (CH4) adalah slugde atau slurry. Sludge atau slurry merupakan campuran bahan padat, semi padat dan cair hasil dekomposisi bahan-bahan organik limbah peternakan secara anaerobic pada pembentuakan biogas.
Indonesia sebagai negara agraris sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Petani Indonesia selain usaha utamanya sebagai petani akan tetapi juga berternak sebagai usaha pendukung dimana sewaktu-waktu apabila hasil dari pertaniannya kurang, maka dari ternak yang dimilikinya dapat menutupi kekerungan tersebut. Seiring dengan berkembangnya ilmu dan teknologi informasi kesadaran petani dalam pemeliharan ternak mengalami perkembangan yang cukup pesat dari segi pemeliharaan yang sebelumnya hanya membiarkan hewan ternaknya berkeliaran mencari pakan sendiri tetapi sekarang sudah mulai mengandangkan ternaknya dan diberi pakan sesuai dengan tujuan pemeliharaanya. Sebelumnya hewan ternak dipekerjakan untuk membantu dalam kegiatan pertanian sehingga buangan dari ternak banyak yang tidak manfaatkan karena banyak terbuang dan tidak terkumpul secara baik sehingga dapat mengganggu kesehatan dan mencemari lingkungan. Limbah yang berasal dari peternakan merupakan penyumbang ketiga terbesar dengan emisi gas buang yang dihasilkan sehingga mencemari lingkungan. Hal ini patut menjadi pusat perhatian untuk menanggulangi permasalahan tersebut. Pada dasarnya limbah peternakan adalah bahan-bahan organik yang masih dapat dimanfaatkan oleh petani untuk memenuhi ketergantungan minyak tanah dan gas elpiji. Selain itu, ketika limbah peternakan dibuat sebagai pengganti bahan bakar minyak akan menyisakan buang yang digunakan sebagai pupuk organik yang selama ini petani masih bergantung pada pupuk kimia.
Dua manfaat sekaligus yang dapat diaplikasikan oleh masyarakat dalam pemanfaatan limbah peternakan. Limbah peternakan sebagai sumber daya lokal untuk masyarakat dapat bangkit dari keterpurukan terutama ketergantungan akan energi menjadi salah satu usaha yang harusnya diunggulkan untuk ke depannya. Sumber daya lokal berupa limbah peternakan akan terus meningkat seiring dengan kebutuhan masyarakat akan protein hewani maka peternakan Indonesia akan mengalami peningkatan dan hal ini akan berbanding lurus dengan kepemilikan ternak oleh masyarakat dan limbah peternakan yang dihasilkan yang semakin banyak. Keadaan ini akan sangat mendukung untuk pengembangan pemanfaatan limbah peternakan sebagai sumber energi alternatif ramah lingkungan berupa biogas melalui proses anaerobic digestion dengan program pemerintah yang sedang mengembangkan sumber energi alternatif berbasis sumber daya lokal yang banyak dihasilkan tetapi belum maksimal pemanfaatannya. Peran pemerintah dalam mengembangakan sumber energi alternatif didukung oleh univerisitas dalam penelitian-penelitian yang berbasis sumber energi alternatif ramah lingkungan yang salah satu berasal dari limbah peternakan. Selain itu, peran industri dalam mendukung pemerintah dan univesitas dalam pengembangan sumber energi alternatif seharusnya mampu mempercepat proses tersebut karena industri salah satu pengguna terbesar dari bahan bakar minyak untk proses produksinya sehingga industri turut bertanggung terhadap pengembang energi alternatif yang berbasis sumber daya lokal.
Pemerintah, universitas dan industri adalah pihak-pihak yang mempunyai kewenangan untuk memberikan arahan kepada masyarakat mengenai pengembangan pemanfataan limbah peternakan sebagai sumber energi alternatif ramah lingkungan. Limbah peternakan melalui proses anaerobic digestion akan dikonversi menjadi biogas dengan beberapa keuntungan antara lain sebagai energi dengan tidak menggunakan bahan yang masih memiliki manfaat termasuk biomassa sehingga biogas tidak merusak keseimbangan karbondioksida yang diakibatkan oleh salah satunya dengan adanya penggundulan hutan (deforestation) dan perusakan tanah, energi biogas dapat berfungsi sebagai energi pengganti bahan bakar minyak sehingga akan menurunkan gas rumah kaca di atmosfer dan emisi lainnya, metana merupakan salah satu gas rumah kaca yang keberadaannya di atmosfer akan meningkatkan temperatur, dengan menggunakan biogas sebagai bahan bakar maka akan mengurangi gas metana di udara, limbah peternakan berupa feses, ekskreta, urin, sisi pakan dan bahan-bahan organik lainya yang dapat dioptimalkan pemanfaatannya, bahkan bisa mengganggu kesehatan serta mencemari lingkungan. Aplikasi anaerobic digestion akan meminimalkan efek tersebut dan meningkatkan nilai manfaat dari limbah peternakan dan selain keuntungan energi yang didapat dari proses anaerobic digestion dengan menghasilkan gas bio, produk samping berupa sludge atau slurry. Sludge atau slurry ini diperoleh dari sisa proses anaerobic digestion yang berupa padat, semi padat dan cair. Masing-masing dapat digunakan sebagai pupuk berupa pupuk cair, pupuk semi padat dan pupuk padat.
Jenis reaktor biogas ada beberapa yang dikembangkan antara lain reaktor jenis kubah tetap (fixed-dome), reaktor terapung (floating drum), reaktor jenis balon, jenis horizontal, jenis lubang tanah, jenis ferrocement dan saat ini sedang dikembangakan biodigester skala rumah tangga yang portable dengan biaya yang terjangkau, tidak membutuhkan tempat yang luas serta mudah dipindahkan sehingga memudahkan dalam penempatannya. Biodigester atau reaktor untuk pembentukan biogas pada dasar membuat suatu temapt menjadi tanpa udara sehingga terjadi proses secara anaerobic digestion.
Ketergantungan rumah tangga terhadap bahan bakar minyak harus dikurangi bahkan dihilangkan dengan ketersediaannya yang kian hari kian berkurang bahkan tidak dapat perbarui (unrenewable). Limbah peternakan sebagai sumber daya lokal yang dihasilkan oleh ternak yang dimiliki oleh sebagian besar masyarakat Indonesia yang notabene-nya petani dengan memelihara ternak sebagai usaha pendukung. Limbah peternakan yang apabila dibiarkan saja akan dapat mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan. Akan tetapi dengan adanya sentuhan teknologi sederhana melalui proses anaerobic digestion dalam biodigester atau reaktor limbah peternakan dapat diubah menjadi gas metan (CH4) yang mudah terbakar sehingga dapat diaplikasikan sebagai pengganti bahan bakar minyak bagi rumah tangga yang ramah lingkungan karena hasil luaran dari pembentukan gas bio merupakan bahan-bahan organik yang sudah terdekomposisi adalah unsur hara yang dapat diimplementasikan sebagai pupuk organik bagi tanaman dan dapat menyuburkan tanah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Semangat berkomentar!